BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Sabtu, 30 Januari 2010

kuliah akidah akhlak

KULIAH
AQIDAH
ISLAM

Pendahuluan

Secata etiologis (lughatan), aqidah berakar dari kata ‘aqada-ya’ qidu-‘aqidatan. ‘Aqdam berarti simpul, ikatan, prjanjian dan kokoh. Setelah terbentuk menjadi ‘aqidah berarti keyakinan (Al-Munawir, 1984, hal 1023). Relevisi antara arti kata ‘aqdam dan ‘aqidah adalah keyahinan itu tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat megingat dan perjanjian.

Menurut Hasan Al-bana:
Yang artinya: “Aqa’id (bentuk jamak dari aqidah) adalah beberapa dari perkara yang wajib di yakini kebenarannya oleh hati(mu), mendatangkan ketentraman di dalam jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.” (Al- Bana, tt, hal.465)
menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy:
“Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat di terima secara umum (axioma) oleh manusia berdasar akal, wahyu yang fitrah. (Kebenaran) itu di patrikan (oleh manuia) di dalam hati (serta) di yakini kesalihan dan kebenarannya (secara pasti) dan di tolak segala ssuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.” (Al-Ja-zairy, 1978,hal, 21).
Untuk memahami kedua definisi di atas kita perlu mengemukaan beberapa catatan sebagai berikut:
1. Ilmu terbagi dua: pertama ilmu dharuri, kedua ilmu nazhari. Ilmu yang di hasilkan oleh indra, dan tidak memerlikan dalil disebut ilmu dharuri. Misalnya apabila anda melihat tal8i di hadapan anda, anda tidak lagi memerlukan dalil atau bukti benda itu ada. Sedangkan ilmu yang memerlukan dalil atau membuktikan disebut nazhari. Misalnya ketiga segitiga sama sisi mempunyai panjang yang sama, memerlukan dalil bagi orang yang belum mengetahui teori itu.
2. setiap manusia memiliki fithrah mengakui kebenaran (bertuhan), indra untuk mencari kebenaran, akal untuk menguji kebenaran dan memerlukan wahyu untuk menjadi pedoman menentukan mana yang benar dan mana yang tidak.
3. keyakinan tidakboleh bercampur sedikitpun dengan keraguan. Sebelum orang sampai ke tingkat yakin (ilmu) dia akan mengalami lebih dulu pertama: syak. Yaitu sama kuat antara membenarkan sesuatu atau menolaknya. Kedua; zhan. Salah satu lebih kuat dari yang lainnya karena ada dalil yang menguatkanya. Ketiga: Ghalabatuz zhan: cenderung lebih menguatkan salah satu karena sudah meyakini dalil kebenarannya. Keyakinan yang sudah sampai ke tingkat ilmu inilah yang di sebut dengan Aqidah.
4. aqidah harus mendatangkan ketentraman jiwa. Artinya lahirnya seseorang bisa saja pura-pira menyakini sesuatu, akan tetapi hal itu tidak mendatangkan ketentraman jiwa, karena dia harus melaksanakan sesuatu yang berawanan dengan keyakinannya.
5. bila seseorang sudah meyakini suatu kebenaran, dia harus menolak segala sesuatu yang bertentangan dengan sekaligus dua hal yang betentangannya.
6. tingkat keyakinan (aqidah) seseorang tergantung kepada tingkat pemahaman terhadap dalil. Misalnya:
- seorang akan meyakini akan Negara sudah bila dia mendapat informasi tentang Negara tersebut dari seseorang yang dia kenal tidak pernah bohong.
- keyakinan itu akan bertambah apabila dia mendapatkan informasi yang sama dari orang lain, namun tidak tertutup kemungkinan dia akan meragukan meragukan kebenaran informasi itu apabila ada syuhuhat (dalil-dalil yang menolak informasi tersebut)
- apabila dia menyaksikan foto sudan,bertambahlah keyakinannya, sehingga kemungkinan untuk ragu semakin kecil.
- apabila dia pergi menyaksikan sendiri negri tersebut keyakinan semaki bertambah, dan segala keraguan akan hilang, bahkan dia tidak akan ragu lagi serta tidak hilamg, serta tidak akan mengubah pendirianya sekalipun semuaorang menolaknya

Beberapa Istilah Tentang Aqidah
Ada beberapa istilah lain yang semakna atau hamper semakna denga istilah dengan aqidah, yaitu: Iman dan Tauhid, dan yang semakna dengan ilmu aqidah yaitu Ushuluddin, Ilmu Kalam dan Fiqih Akbatr.

Iman
Ada yang menyamakan istilah iman dengan aqidah, dan ada yang membedakannya. Bagi yang membedakan, aqidah hanyalah bagian dalam (aspek hati) dari iman, sebab iman menyangkut aspek dalam dan aspek luar. Aspek dalamnya berupa keyakinan dan aspek luar berupa pengakuan lisan dan pembuktian dengan amal. Sebenarnya masalahnya tergantung dari definisi iman. Kalau kita mengikuti definisi iman menurut Jahmiah dan Asy’ariyah yang mengatakan bahwa iman hannyalah at-tasdiq (membenarkan di dalam hati) maka iman dan aqidah adalah dua istilah yang bersinonim.
Senada dengan ini pendapat iman Abu Hnifah yang mengatakan bahwa iman hanyalah ‘itiqad, sedangkan amal adalah bukti iman, tetapi tidak di namai degan iman. Sebaliknya jika kita mengikuti definisi iman menurut Ulama salaf (termasuk Iman Ahmad, Maliq dan Syafi’i) yang mengatakan bahwa iman adalah: “sesuatu yang di yakini di dalam hati, di ucapkan dengan lisan dan di amalkan dengan anggota tubuh”.
(lihatlah al-Aqidah fillah oleh sulaiman Al-Asykar, hal 14), maka iman dan aqidah itu tidak persis sama.

Tauhid
Tauhid artinya mengesakan (mengesakan Allah-Tauhidullah). Ajaran tauhid adalah tema aentral aqidah dan iman, oleh sebab itu aqidah dan iman di identifikasi juga dengan istilah tauhid.

ushuluddin
ushuluddin artinya pokok-pokok agama. Aqidah, iman dan tauhid disebut juga Ushuluddin karena ajaran aqidah merupakan pokok-pokok ajaran agama islam.

Ilmu Kalam
Kalam artinya berbicara, atau pembicaraan. Di namai dengan ilmu kalam karena banyak dan luasnya dialog dan perdebatan yang terjadi antara pemikir masalah-masalah aqidah tentang beberapa hal. Misalnya tentang Al-Qu’an apakah Khaliq atau bukan, hadist atau qadim.

Fiqih Akbar
Artinya fikih besar. Istilah ini muncul berdasarkan pemahaman bahwa tafaqquh faddin yang di perintah Allah SWT dalam surat At-Taubah ayat 122, bukan hanya masalah fiqih. Untuk membedakan dengan fiqih dalam masalah hokum di tambah dengan kata akbar, sehingga menjadi fikih akbar

Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah

Mmeminjam sistematika Hasan Al-banna maka ruang lingkup pembahasan aqidah adalah:
Ilahiyah. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Ilah (Tuhan, Allah) seperti wujud Allah,nama-nama dan sifat-sifat Allah, af’al Allah dan lain-lain.
Nubuwat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan nabi dan rasul, termasuk pembahasan tentang Kitap-Kitap Allah, mu’zizat, kramat dan lain sebagainya.
Sam’iyyah. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sam’I (dalil naqli berupa Al-Qur’an dan sunnah)seperti alam barzakh, akhirat, alam kubur, tanda-tanda kiamat, surge dan neraka, dan lain sebagainya.
Di samping sistematika di atas, pembahasan aqidah bisa juga mengikuti sistematika arkanul iman yaitu:
Iman Kepada Allah SWT
Iman Kepada Malaikat (termasuk pembahasan tentang mahluk rohani lainnya seperti jin, iblis, saitan dan lainya.
Iman Kepada Kitab-Kitab Allah
Iman Kepada Nabi dan Rasul
Iman Kepad Hari Akhir
Iman Kepada Taqdir Allah

Sumber Aqidah Islam

Sumber aqidah islam adalah AliQur’an dan sunnah. Artinya apa saja yang di sampaikan oleh Allah dalam Al-Qur’an dan oleh Rasulullah dalam sunnahnya wajib di imani (di yakini dan di amalakan).
Akal pikiran tidaklah menjadi sumber aqidah, tetapi hanya berfungsi untuk memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut dan mencoba-kalau diperlukan-membuktikan secara ilmiah kebenaran yang di sampaikan oleh Al-Qur’an dan sunnah.akal tidak akan mampu menjangkau masail ghaibiyah (masalah ghoib), bahkan akal tidak akan mampu menjangkau yang tidak terikat degan ruang dan waktu. Misalnya akal tidak akan mampu menjawab pertanyaan kekal itu sampai kapan?, atau akal tidak akan mampu menunjukan tempat yang tidak ada daratan, di udara, di lautan dan tidak ada dimana-mana. Karena kedua hal tersebut tidak terikat dengan waktu dan ruang.
Untuk memahami sejauh mana fitrah dan akal berperan dalam masalah aqidah adabaiknya kita ikuti uraiyan Syekh Ali Thanhnawi tentang hal itu dalam bukunya Ta’rifAmbi Dinil Islani, fasal Qawaa’idul ‘Aqaid (penulis ringkaskan dalam paragraph berikutdengan sub judul: beberapa kaidah Aqidah).

Beberapa Kaidah Aqidah

Apa yang saya dapat dengan indra saya, saya yakini adanya, kecuali bila akal saya mengatakan “tidak” berdasarkan pengalman massa lalu. Misalnya, bila saya pertama kali melihat sepotnh kayu di dalam gelas berisi air putih kelihatan bengkok, atau melihat tiang-tiang listrik bergerak di lihat dari candela kereta api yang sedang berjalan.
Keyakinan, disamping diperoleh dengan menyaksikan langsung, juga usa melalui berita yang di yakini kejujuran si pembawa berita. Banyak yang memang tidak atau yang belum kita saksikan sendiri tapi kita meyakini adanya.
Anda tidak memungkiri wujudnya sesuatu, hanya anda tidak bisa menjangkau dengan indra mata. Kemampuan indra memang sangat terbatas. Telinga tidak bisa mendengar suara semut,dari jarak dekat sekalipun.
Seorang hanya bisa menghayalkan sesuatu yang pernah di jangkau oleh indranya. Khayal manusia punterbatas. Anda tidak akan bisa menghayalkan sesuatu yang baru sama sekali.
Akal hanya bisa menjangkau hal-hal yang dekat dengan ruang dan waktu. Takkala mata mengatakan bahwa tiang-tiang listrik berjalan waktu kita menyaksikan lewat candela kereta api.
Iman adalah fitrah setiap umat manusia. Setiap manusia memiliki fitrah mengimani adanya Tuhan.
Kepuasan material di dunia sangat terbatas. Manusia tidak akan puas dengan materiel.
Keyakinan tentang hari akhir adalah konsekwensi logis dari keyakinan tentang adanya Allah. Jika anda beriman kepada Allah, tentu anda beriman dengan sifat-sifat Allah, termasuk sifat “adil”.

Fungsi Aqidah
Aqidah adalah dasar, fondasi dari untuk mendirikan bangunan. Semakin tinggi bangunan yang akan di dirikan, harus kokoh fondasi yang di buat. tidak ada bangunan tanpa fondasi.
Kalau ajaran islam kita bagi dalam sistematika aqidah, ibadah, akhlak, dan mu’amalat, atau aqidah syari’ah dan akhlak, atau iman, islam dam ihsan, maka ketiga aspek atau ke empat aspek di atas tidakm dapat dipisahkan sama sekali. Satu sama lain saling terikat.
Seorang yang memiliki aqidah yang kuat, pasti akan melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak yang mulia dan bermu’amalat dengan baik. Ibadah seseorang tidak akan di terima oleh Allah, kalau tidak di landasi dengan aqidah dengan baik.



Allah Subhanahu WaTa’ala


Wujud Allah SWT
Wujud (ada)-nya Allah SWT adalah suatu yang badihiyah (lihat halaman depan). Namun demikian untuk membuktikan wujud-Nya dapat dikemukakan beberapa dalil, antara lain:
Dalil fithrah
Yang artinya:
”setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka ibu bapaknya (yang akan berperan) ‘mengubah’ anak itu menjadi seorang Yahudi, atau Nasrani atau Majusi………….” (HR. Bukhari).
Fithrah dalam hadist di atas bisa kita pahami sebagai islam, karena Rasulullah SAW hanya menyebutka kedua orang tua bisa berperan meyahudikan, menasranikan, atau memajusikan, tanpa menyebut :mengislamkan” jadi hadist di atas bisa kita pahami “setiap anak dilahirkan sebagai orang muslim…..” numun fithrah manusia tersebut berubah merupakan potensi dasar yang harus di pelihara dan di kembangkan.
Allah SWT menggambarkan keadaan manusia seperti dalam firman_Nya:
Yang artinya:
”dan apabila manusia di timpa bahaya dia berdo’a kepada kami dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri, tetapi setelah kami hilangkan bahaya itu dari padanya, dia (kembali) melalui (jalanya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdo’a kepada kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah meninpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu mendatang baik apa yang selalu mereka kerjakan.” (Yunus 10:12)


Dan yang lainnya:
“dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurkan bahtera itu membawa oang-orang yang ada si dalamnya denga tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apbila) dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdo’a kepada Allah dengan mengihlaskan ketaattan kepada_Nya semata-mata. Kami dari bahaya ini pastilah kami termasuk orang-orang yang bersyukur.” (Yunus 10:22)
Dalil akal
Dengan menggunakan akal pikiran untuk merenungkan dirinya sediri, alam semesta dan lain-lainnya seorang manusia bisa membuktikan adanya Tuhan (Allah SWT) Al-Qur’an banyak mengemukakan ayat-ayat yang menggugah akal pikiran tersebut, antara lain: yang artinya:
“ dia-Lah yang meciptakan kanu dari tanah kemudian setetes air mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu menjadi seorang anak, kemudian (dewasa), kemudian (di biarkan kamu hidup ) sampai tua, di antara kamu yang di wafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang di tentukan dan supaya kamu memahami (nya).” (Al-mumin 40:67)
Qaum Al-illah
Illah artinya sebab. Segala sesuatu pasti ada sebabnya. Setiap ada perbuatn tentu ada yang menjadi sebab terjadinya perubahaan itu.
Qanun ai-Wujud
Wujud artinya wajib. Wujud segala sesuatu tidak terlepas dari salah satu kemungkinan: wajib, mustahil atau mungkin.
Qanun al-Hudus
Hudust artinya baru. Alam semesta seluruhnya adalah sesuatu yang hadist (baru, ada awalnya), bukan sesuatu yang qadim (tidak berawal), kalau hadist pasti ada yang mengadakannya.

Qanun al-nisbam
Nisbam artinya aturan, teratur. Alam semesta dengan seluruh isinya seperti matahari, bulan, bintang dan planed lainya termasuk bumi dengan segala isinya adalah segala sesuatu yang “ sangat tertur” sesuatu pasti ada yang mengturnya .
Sejarah dengan beberapa qanun di atas Sa’id Hawa da “ teori fenomenologi”yang mencakup Sembilan fenomena untuk membuktikan Allah SWT ada yang berkuasa. Fenomena-fenomena itu adalah
fenomeaaTerjadinya Alam
fenomena Kehendak
fenomena kehidupan
fenomena pengabulan do’a
fenomena hidayah
fenomena kreasi
fenomena hikmah
fenomena inayah
fenomena kesatuan
dalil Naqli
sekalipun secara fitrah manusia bisa mengakui adanya Tuhan, dan dengan akal pikiran bisa membuktikannya, namun manusia tetap memerlukan dalil naqli (Al-Qur’an dan Sunnah) untuk membimbing manusia mengenal Tuhan yang sebenarnya (Allah SWT) dengan segala asma dan Sifat_Nya.
Allah SWT adalah Al-AwwL artinya tidak ada permulaan bagi wujud_Nya. “Dialah tang awal dan yang ahir, yang zahir dan yang bathin, dan dia maha mengetahui segala sesuatu.” (Al-Hadid 57:3)

“semua yang ada di bumi itu akan binasa.” (Ar-Rahman 55:26)
“Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (Ar-Rahman 55:27)
Tidak ada satupun yang menyerupai_Nya.
“Tidak ada satupun yang menyerupai dengan Dia, dan Dial ah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (As_Syura 42:11)
Allah SWT Maha Esa
“Katakanlah: “ Dia_lah Allah, Yang Maha Esa.” (Al-Ihlas 112:1)
Allah SWT mempunyai Al-Asma’was Shiffaat (Nama-Nama dan sifat-sifat) yang di sebutkan –Nya untuk Diri-Nya didalam-Nya oleh Rasulullah SAW dalam Sunnahnya , seperti Ar-Rahmaan, Ar- Rahhim, Al-‘Aliin, Al-Aziz, As-Sami, Al-Basbir dan lain-lain
“Hanya Milik Allah Asma’ul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna itu dan tinggalkan orang-orang yang meyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-Nya. Mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang mereka kerjakan.” (Al-Ar’af 7:18)
Tauhidullah SWT
Esensi iman kepada Allah SWT adalah tauhid yaitu mengesakan-Nya, baik dalam zat, asma, was-shiffaat, maupun af al (perbuatan)-Nya.
Secara sederhana tauhid dapat dibagi menjadi tiga tingkatan atau tahapan yaitu:
Tauhid Rububiyah
Secara etimologis kata “Rabb” sebenarnya mempunyai banyak arti, antara lain menumbuhkan, mengembangkan, mendidik, memelihara, menanggung, mengumpulkan, mempersiapkan, memimpin, mengepalai, menyelesaikan sesuatu perkara memiliki dan lain-lain.
Tauhid Mulkiyah
Kata Malik yang berarti Raja dan Malik yang berarti yang memiliki berakar dari kata yang sama yaitu ma-la-ka. Keduanya memang mempunyai relevasi makna yang kuat. Si pemilik sesuata- pada hakikatnya-adalah raja dari sesuatu yang di milikinya itu.
Makna LA ILAHA ILLALLAH
Seperti yang sudah di uraikan pada bagian terdahulu bahwa kata “Ilah” mempunyai pengertian yang sangat luas, mencakup pengertian Rububiyah dan Mulkiyah, maka kata inilah yang di pilih Allah SWT untuk kalimat thayyibah yaitu: La Ilahaillallah.
Iqra La Ilahaillallah bersifat komperhensif, mencakup pengertian:
- La Khaliqa Illallah (Tidak Ada Yang Maha Mencipta kecuali Allah).
- La Raziqa Illallah (Tidak Ada Yang Maha Memberi kecuali Allah).
- La Hafiza Illallah (Tidak Ada Yang Maha Memelihara kecuali Allah).
- La Mudabbira Illallah (Tidak Ada Yang Maha Mengelola kecuali Allah).
Dan masih banyak lagi yang lainnya……..

La yang terdapat pada iqrar tersebut adalah La Nafiyata Liljinsi, yaitu huruf Nafi yang menafsirkan segala macam jenis Ilah. Illa adalah huruf istisna (pengecualian) yang mengecualikan Allah dari segala macam jenis Illah yang di nafikan. Bentuk kalimat seperti ini di namai kalimat manfi (negative) lawan dari kalimat mutsbat (positif). Dalam kaidah bahasa arab istbat sesudahn nafi itu mempunyai maksud alhasru (membatasi) dan Tauqit (menguatkan). Dengan demikian kalimat tauhid ini mengandung pengertian sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah SWT semata.

1 komentar:

faroldeash mengatakan...

Las Vegas, NV - The JT Hub
You can't 청주 출장안마 go wrong 양주 출장안마 with gambling in Vegas. Casino and 오산 출장샵 Hotel, an integrated 여주 출장샵 gaming hub, will open a new hotel and casino 여수 출장안마 resort in 2019.